PENYULUHAN BERSAMA KITA WUJUDKAN INDONESIA BEBAS KUSTA DI POLI RAWAT JALAN RSUD DEMANG SEPULAU RAYA

01 Februari 2023 09:04:39 ADMINISTRATOR

Penyuluhan bersama kita wujudkan indonesia bebas kusta di poli rawat jalan RSUD Demang Sepulau Raya

Narasumber : Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin

- dr. Mira Trisna Murti, Sp. DV

- dr. As Zuruf Rinnovi, Sp. KK

Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung. Dengan mendapatkan diagnosis dan pengobatan dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan tepat dan mencegah kecacatan.

Kusta pernah ditakuti sebagai sebagai salah satu penyakit yang sangat menular dan dapat menimbulkan masalah yang parah. Namun, sekarang ini diketahui jika penyakit ini tidak mudah menyebar dan pengobatan yang dilakukan dapat sangat efektif untuk mengatasinya. Akan tetapi,  kerusakan saraf dapat menyebabkan kelumpuhan dan buta jika seseorang tidak mendapat pengobatan. 

World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan kusta ke dalam dua kelompok, yaitu:

  • Pausibasiler: 1-5 lesi, kusta jenis ini menyebabkan rasa baal yang jelas dan menyerang satu cabang saraf.
  • Multibasiler: lesi >5, kusta multibasiler tak seperti pausibasiler, rasa baalnya tidak jelas, dan menyerang banyak cabang saraf.

Penyebab Kusta

Diketahui jika penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae (M. leprae), sejenis bakteri yang tumbuh dengan lambat. Penularan kusta bisa melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan seseorang yang mengidapnya. 

Di samping itu, kusta juga bisa ditularkan lewat inhalasi alias menghirup udara saat pengidapnya bersin atau batuk. Alasannya bakteri penyebab kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet di udara. Namun, sebenarnya penyakit kusta bukanlah penyakit yang mudah untuk menular.

Perlu diketahui jika penyakit ini memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama, antara 40 hari sampai 40 tahun. Rata-rata seseorang yang terserang bakteri ini membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala.

Perlu diketahui juga jika ibu hamil dengan penyakit kusta tidak dapat menularkannya ke bayi yang belum lahir. Selain itu, gangguan ini juga tidak ditularkan melalui kontak seksual.

Faktor Risiko Kusta

Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit kusta, antara lain:

  • Melakukan kontak dengan seseorang yang alami infeksi, seperti bersin atau batuk.
  • Kontak dekat dan berulang dengan seseorang yang mengidap penyakit ini yang tidak diobati dalam waktu lama.
  • Memiliki kelainan genetik pada sistem imun.
  • Mengalami kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta, seperti armadillo.
  • Tinggal di area endemik kusta.

 

Gejala Kusta

Kusta dapat memengaruhi kulit dan saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang, yang disebut juga saraf perifer. Diketahui juga jika gejala dari penyakit ini dapat menyerang mata dan jaringan tipis yang melapisi hidung bagian dalam.

Gejala utama kusta yaitu bercak perubahan warna menjadi lebih putih dan lesi di kulit berbentuk benjolan. Gejala ini tidak hilang setelah beberapa minggu atau lebih. Lesi pada kulit ini juga disertai gejala kebas pada bagian tersebut dan kelemahan otot.

Kerusakan saraf yang terjadi dapat menyebabkan seseorang kehilangan perasaan di lengan dan kaki, serta kelemahan pada otot. Semakin dini diagnosis dari gejala kusta terdeteksi, semakin cepat penanganan yang dilakukan agar tidak menimbulkan komplikasi berbahaya.

Selain itu, ada beberapa jenis kusta yang menimbulkan gejala berbeda dan dapat memengaruhi bagaimana cara mengobatinya, yaitu:

1. Tuberkuloid

Jenis kusta yang paling ringan. Orang dengan tipe ini hanya memiliki satu atau beberapa bercak datar berwarna pucat (kusta paucibacillary) disingkat PB. Daerah kulit yang terkena bisa mati rasa karena kerusakan saraf di bawahnya. Kusta tuberkuloid kurang menular dari jenis-jenis lainnya.

2. Lepromatosa

Jenis kusta yang lebih parah. Pengidap kusta jenis ini akan memiliki benjolan luas di kulit dan ruam (kusta multibasiler), mengalami mati rasa, dan kelemahan otot. Selain itu, hidung, ginjal, dan organ reproduksi laki-laki juga dapat terpengaruh. Kusta lepromatosa lebih menular dari kusta tuberkuloid.

3. Borderline

Pada tipe ini, seseorang memiliki gejala gabungan dari kusta jenis tuberkuloid dan jenis lepromatosa.

 

Diagnosis Kusta

Untuk memastikan gangguan pada kulit dan saraf ini benar disebabkan oleh kusta atau tidak, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan berikut ini:

  • Pemeriksaan bakterioskopik dibuat dari kerokan jaringan kulit di beberapa tempat, diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya bakteri Lep